Gambar Sampul Bahasa Indonesia · l_BAB 12 BERKOMUNIKASI
Bahasa Indonesia · l_BAB 12 BERKOMUNIKASI
EuisSulastri, dkk

24/08/2021 13:14:33

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

147

Bab 12 Berkomunikasi

Berdiskusi bisa menjadi sarana untuk melatih

cara berkomunikasi dengan baik supaya

tidak menyinggung perasaan orang lain.

Tempo, 1 Agt 05

Membaca novel bisa menjadi hobi yang

menyenangkan. Apakah membaca novel menjadi

hobi Anda? Novel Indonesia akan banyak Anda jumpai

di toko-toko buku. Tetapi, apakah Anda pernah

membaca hikayat? Pada bab ini Anda akan

mendiskusikan perbandingan antara novel Indone-

sia/terjemahan dengan hikayat. Selain itu, pada bab

ini Anda akan mempelajari cara menulis notulen.

12.112.1

12.112.1

12.1

Membandingkan Unsur-

Membandingkan Unsur-

Membandingkan Unsur-

Membandingkan Unsur-

Membandingkan Unsur-

unsur Novel Indonesia/

unsur Novel Indonesia/

unsur Novel Indonesia/

unsur Novel Indonesia/

unsur Novel Indonesia/

TT

TT

T

erjemahan dan Hikayat

erjemahan dan Hikayat

erjemahan dan Hikayat

erjemahan dan Hikayat

erjemahan dan Hikayat

Anda tentu sering membaca novel, baik itu novel

Indonesia maupun novel terjemahan. Tetapi

bagaimana dengan hikayat, apakah Anda pernah

membacanya?

12.1.112.1.1

12.1.112.1.1

12.1.1

HikayatHikayat

HikayatHikayat

Hikayat

Hikayat merupakan bentuk cerita yang berasal

dari Arab. Mulai dikenal di Indonesia sejak masuknya

ajaran Islam ke Indonesia. Hikayat itu hampir mirip

dengan dongeng, penuh dengan daya fantasi.

Di bab dua belas ini, kalian akan diajak untuk

mendiskusikan perbandingan antara novel Indone-

sia/terjemahan dengan hikayat. Selain itu kalian juga

akan diajak untuk mempelajari cara menulis notulen.

Untuk itu

pertama-tama

kalian diajak untuk dapat

membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan dan hikayat. Itu berarti kalian

harus dapat menceriterakan isi novel Indonesia/terje-

mahan dan hikayat. Kalian juga harus dapat mendis-

kusikan nilai-nilai yang ada dalam novel Indonesia/

terjemahan dan hikayat. Selain itu, kalian juga harus

dapat membandingkan nilai-nilai dalam novel Indo-

nesia/terjemahan dan hikayat; serta mengaitkan nilai-

nilai tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

Kedua

, kalian diajak untuk dapat menulis notulen

rapat sesuai dengan pola penulisannya. Itu berarti kali-

an harus dapat mencatat perbedaan dan persamaan

antara dua notulen atau lebih; menemukan pola penu-

lisan notulen yang lengkap.

148

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Biasanya berisi cerita kehidupan seputar istana. Kisah cerita anak-

anak raja, pertempuran antarnegara, seorang pahlawan yang memi-

liki senjata sakti, dan sebagainya. Hikayat sering kali disebut sebagai

dongeng istana. Tokoh dalam hikayat sudah dapat dipastikan raja,

permaisuri, putra dan putri raja, juga para kerabat raja. Cerita terjadi

di negeri Antah Berantah, dan selalu berakhir dengan kemenangan

tokoh yang selalu berpihak pada hal yang benar.

Ciri khas sebuah hikayat:



menimba bahannya dari kehidupan raja-raja dan dewa-dewi,



isinya dongeng yang serba indah yang membawa pikiran

pembaca ke alam khayal, dan



melukiskan peperangan yang hebat, dahsyat, tempat para raja/

dewa mempertunjukkan kesaktiannya untuk merebut kerajaan

atau seorang puteri.

XV. SRI RAMA MENCARI SITA DEWI

Ketika Sri Rama dan saudaranya yang lebih muda Laksamana

tiada ada di rumah, Sita Dewi, istri Sri Rama, dilarikan oleh

Rawana, raja raksasa di Langkaputri, melalui udara.

Sebermula maka Sri Rama dan Laksamana pun pergilah

mencahari Sita Dewi. Maka ia pun berjalanlah di dalam hutan

rimba belantara. Beberapa lamanya berjalan itu, mereka itu tiada

bertemu tempat bertanyakan warta Sita Dewi. Maka dilihatnya

ada seekor burung lanjan di atas pohon kayu dengan empat ekor

burung betina. Maka Sri Rama pun bertanya, “Hai burung, adakah

engkau lihat istriku dilarikan orang?”

Sahut burung jantan itu, “Engkaukah yang bernama Sri Rama?

Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada

terlawan di tengah medan peparangan. Akan binimu tiadalah ter-

pelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor

biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua

orang pula dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan

binimu seorang itu.”

Maka kata Sri Rama, “Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu

akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini.

Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap

daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan

engkau.”

Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga

burung jantan itu pun butalah dari bininya yang empat ekor itu

pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.

Maka Sri Rama dan Laksamana pun berja-lanlah siang dan

malam tiada berhenti lagi, Sri Rama pun bertemulah dengan seekor

Kutipan Hikayat Sri Rama

Hikayat

adalah karya sastra lama

Melayu yang berbentuk prosa yang

berisi cerita, undang-undang, dan

silsilah bersifat rekaan, keagamaan,

historis, biografis, atau gabungan

sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur

lara, pembangkit semangat juang,

atau sekadar untuk meramaikan

pesta. Misalnya: Hikayat Hang Tuah,

Hikayat Seribu Satu Malam

KBBI

, 2001

Jawablah sesuai dengan ku-

tipan Hikayat Sri Rama!

1. Apakah isi hikayat sesuai dengan

ciri khas hikayat? Ciri-ciri apa saja

yang sesuai? Sebutkan bagian-

bagian tersebut dan kutiplah

kalimat pendukungnya!

2. Analisislah unsur-unsur intrinsik

(tokoh dan penokohan, latar,

alur, amanat, dan gaya bahasa)

hikayat!

3. Nilai-nilai apa yang Anda te-

mukan dalam hikayat tersebut?

Kutiplah kalimat/peristiwa pen-

dukungnya!

4. Ceritakan kembali isi hikayat

menggunakan bahasa Indone-

sia yang baik dan benar!

149

Bab 12 Berkomunikasi

bangau lagi minum air. Sri Rama pun bertanya

kepada bangau itu, katanya, “Hai bangau, adakah

engkau melihat biniku dilarikan orang?”

Maka kata bangau itu, “Ya Tuanku Sri Rama

hamba mencahari makanan hamba dalam benua

ini, maka hamba lihat bayang-bayang pada danau

ini. Nyatalah Maharaja Rawana membawa pe-

rempuan seorang. Adapun kainnya itu kain kesum-

ba warna keemas-emasan. Tetapi perempuan

mana itu hamba tiada tahu. Kenyataan kain perca

itu digugurkannya ke bumi.”

Maka kata Sri Rama, “Baharulah padamu aku

mendengar khabar berita Sita Dewi yang nyata.

Sekarang apa kehendakmu, hai bangau, supaya

aku pohonkan kepada Dewata Mulia Raja.”

Maka kata bangau, “Ya Tuanku, yang hamba

pohonkan kepada tuan hamba supaya leher hamba

panjang, dapat berdiri mencari makanan di bawah

danau.”

Kata Sri Rama, “Baiklah, engkau peroleh

seperti kehendak hatimu itu. Apa tiadakah sukar

lehermu panjang itu, kalau-kalau dijerat orang?

Tetapi barang pintamu itu kita pohonkan kepada

Dewata Mulia Raya.”

Sesudah ia meminta doa akan bangau itu, ma-

ka ia pun berjalanlah dengan Laksamana. Sepe-

ninggal Sri Rama dan Laksamana itu datanglah

seorang kanak-kanak ke danau itu hendak mengail.

Maka dilihatnya leher bangau itu terlalu panjang

seperti ular, lalu dijeratnya dan dibawanya ke pasar

hendak dijualnya, Maka Sri Rama dan Laksamana

bertemu akan kanak-kanak itu membawa burung

bangau kata Sri Rama, “Ini kanak-kanak memba-

wa seekor burung bangau.”

Maka kata Laksamana, “Tiadakah tuan hamba

kenai akan bangau ini? Inilah bangau yang bertemu

dengan kita dahulu. Maka oleh Sri Rama lalu dite-

busnya dengan sebentuk cincin daripada kanak-

kanak itu. Kata Sri Rama kepada bangau itu, “Eng-

kau pinta kepadaku dahulu itu hendakkan lehermu

panjang, ini perolehanmu. Pada hatiku baiklah

engkau duduk bernaung pada suatu tempat di se-

buah benua, empat ekor burung betina sediakala

mengantarkan makanan akan dikau. Itulah kehen-

dakku.”

Kata bangau, “Ya Tuanku, hamba junjunglah

perintah tuanku itu.”

Sesudah Sri Rama mintakan doa akan bangau

itu, maka ia beserta Laksamana berjalanlah ke da-

lam hutan rimba. Sri Rama pun hauslah hendak

minum air, ia pun berkata kapada Laksamana, “Hai

Laksamana, caharikan aku air!”

Kata Laksamana, “Ya Tuanku, ke mana hamba

pergi mencahari air itu?”

Kata Sri Rama, “Aku panahkan anak panahku

ini, ikutlah olehmu. Di mana jatuhnya anak panah

ini, adalah air di sana.”

Maka dipanahkan oleh Sri Rama akan

Gandewati, diikuti oleh Laksamana. Anak panah

itu jatuh pada suatu lupak mata air. Maka diper-

buatnya oleh Laksamana sehelai daun kayu akan

timba air, lalu diisinya dan anak panah itu pun diban-

tunnyalah, lalu dibawanya kembali kepada Sri

Rama. Maka baharulah diminum oleh Sri Rama

dirasainya air itu terlalu busuk. Kata Sri Rama, kepa-

da Laksamana, “Di mana adinda ambil air ini?” Kata

Laksamana, “Di tempat jatuhnya anak panah itu

juga, di sanalah hamba ambil air itu.”

Maka kata Sri Rama, “Hai adinda, marilah tun-

jukkan aku akan tempat air itu: “

Maka Sri Rama pun berjalanlah bersama-

sama dengan Laksamana. setelah sampailah kepa-

da tempat air itu, dilihatnya air itu berlinang-linang.

Kata Sri Rama, “Apa sebabnya maka air ini berli-

nang-linang, ada juga binatang besar mati di hulu

sungai.

Mata Sri Rama kepada bangau itu, “Engkau

pinta kepadaku dahulu itu hendakkan lehermu

panjang, ini perolehanmu.

150

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Maka keduanya pun pergilah mengikut jalan

ke hulu Sungai itu. Syahdan maka Sri Rama pun

bertemulah dengan seekor burung, terlalu besar

seperti sebuah gunung tertambat sayapnya yang

sebelah rebah. Maka dikenalnya, oleh Sri Rama

akan burung itu. Kata Sri Rama, “Hai Jentayu

mengapakah halmu ini demikian?”

Kata Jentayu, “Ya Tuanku Sri Rama, hamba

ini berlawan dengan Maharaja Rawana.”

Maka segala perihal-ihwalnya berperang de-

ngan Maharaja Rawana itu pun dikatakannyalah

kepada Sri Rama, seraya katanya, “Hamba telah

minta doa kepada Dewata Mulia Raya, menengadah

ke langit, “Ya Tuhanku, janganlah sekiranya hamba

dimatikan dahulu, sebelum bertemu dengan tuanku

Sri Rama, supaya hamba memberi tahu kepadanya

akan hal istrinya dilarikan oleh Maharaja Rawana.

Sekarang baiklah hamba mati daripada merasai

hal demikian, supaya tuan hamba membakar ham-

ba.”

Setelah sudah ia berkata-kata itu, maka cincin

dilontarkan oleh Sita Dewi itu pun dikeluarkannya

dari mulutnya, seraya katanya, “Tatkala hamba ber-

perang dan hamba gugur ke bumi maka istri Tuan-

ku melontarkan cincin ini. Inilah, Tuanku, cincin istri

tuanku.”

Maka segeralah cincin itu diambil oleh Sri

Rama. Setelah dilihatnya sungguhlah cincin istrinya,

maka ia pun terlalu sukacita. Kata Sri Rama, “Hai

Jentayu, inilah kebaktianmu kepadaku, telah

sempurnalah kasihmu akan daku.”

Maka Jentayu pun berpesan kepada Sri Rama

dan memberi tahu akan saudaranya terlalu sakti,

seraya katanya, “Jikalau tuanku bakar mayat hamba

ini, jangan di bumi yang ada tempat manusia. Dan

jikalau tuan hamba pergi ke negeri Langka Puri,

jangan tiada,singgah di tepi laut akan menyeberang

di Langka Puri itu, karena di situ ada suatu gunung

bernama Gendara Wanam. Di dalam bukit itu ada

saudara hamba bernama Dasampani bertapa. Ada-

pun hamba ini setengah bulan sekali pergi meng-

antarkan makanan akan dia.”

Kata Sri Rama, “Hai Jentayu, apa sebabnya

maka saudaramu itu bertapa di dalam bukit?”

Kata Jentayu, “Ya Tuanku, sekali peristiwa

hamba dan saudara hamba yang bernama

Dasampani itu hendak mencahari makanan ke bukit

Kaf. Hamba terbang ke udara, maka hamba ber-

temu dengan Matahari. Sayap saudara hamba itu

pun hanguslah. Tatkala itu hamba ada berlindung

di bawah sayap saudara hamba itu. Setelah dilihat

oleh Matahari akan hal saudara hamba, kata

Matahari, “Hai Dasampani, aku tiada sekali-kali

tahu akan engkau. Sekarang pergilah engkau ke

bukit Gedara Wanam,” Tatkala Maha Bisnu turun

menjelma kepada Sri Rama, maka ia menyuruhkan

anaknya seekor kera yang bernama Hanuman dan

saudara hamba pergi ke sana duduk bertapa di

dalam bukit itu. Akan sekarang ini hambamu akan

mati, ia tiada tahu; itulah sebabnya hamba berpe-

san pada tuanku jangan tuanku, tiada singgah pada

gunung itu.

Kata Sri Rama, “Hai Jentayu, baiklah, yang ma-

na pesan tuan-hamba itu tiadalah hamba lalui.”

Setelah sudah berpesan itu, Jentayu pun ma-

tilah. Maka Sri Rama menyuruhkan Laksamana

mencahari tempat yang tiada ada sampai manusia.

Diberinya suatu tongkat dan katanya, “Hai Laksa-

mana, apabila tongkat menghujamkan dirinya,

itulah tempat yang tiada sampai manusia.”

Maka Laksamana pun berjalanlah membawa

tongkat itu berkeliling mencahari tempat, tiada juga

bertemu yang tiada sampai manusia itu.

Setelah demikian Laksamana kembalilah ke-

pada Sri Rama, katanya, “Ya, Tuanku, berkeliling

patik, pergi mencahari tempat tiada juga dapat

yang seperti kehendak tuanku itu.”

Kata Sri, Rama, “Hai Laksamana angkatlah

segala kayu-kayu itu semuanya, bubuhkan di atas

tanganku ini.”

Maka Laksamana pun menghimpunkan segala

kayu api itu ke atas tangan Sri Rama. Setelah su-

dah maka bangkai Jentayu itu pun dibakar oleh

Laksamana pada tangan Sri Rama. Berapa lamanya

api itu pun padamlah; dilihat oleh Laksamana ta-

ngan Sri Rama tiada mara bahayanya. Laksamana

.

pun heran melihat sakti Sri Rama itu. Setelah demi-

kian baginda dua bersaudara pun berjalanlah dari-

pada tempat itu.

151

Bab 12 Berkomunikasi

Jendela P

Jendela P

Jendela P

Jendela P

Jendela P

ertamaertama

ertamaertama

ertama

“Selamat pagi Singapura!” teriakku sambil

merentangkan kedua lengan dan menjulurkan

kepala keluar jendela.

Fiuh

, segar juga udara pagi

ini. Kucoba menjulurkan kepala lebih keluar, tetapi

seram. Ini tingkat dua belas, kalau terjatuh aku

mungkin sudah jadi bubur.

Ah, sebenarnya pagi ini sama seperti pagi ke-

marin, kemarinnya lagi, dan kemarin dulu. Pagi

ini nenek di gedung seberang kembali tertawa

lebar memamerkan gigi ompongnya. Rupanya

setiap hari jadwal menengok jendela nenek itu

sama denganku.

Ritualku setiap pagi? Sudah sebulan aku tinggal

di “rumah susun” ini dan dari hari ke hari tidak

ada yang berubah. Pukul enam pagi, biasanya

aku bangun, itu juga ketika Jigme, suamiku se-

lesai salat subuh. Sebagai seorang istri yang baik

aku pun terbangun. Terkadang salat subuh ter-

kadang tidak, tapi yang selalu adalah menyiap-

kan sarapan lagi dan memastikan pakaian sang

suami tidak kusut.

“Sayang,

I love you sooo very much

,” kata

Jigme setiap pagi.

Bangun pagi melihat Jigme yang selalu tertawa

Kutipan Novel

12.1.212.1.2

12.1.212.1.2

12.1.2

Novel Indonesia

Novel Indonesia

Novel Indonesia

Novel Indonesia

Novel Indonesia

Istilah novel berasal dari bahasa Italia

novella

yang berarti kabar

atau berita. Adapun ciri khas sebuah novel di antaranya:



di dalam sebuah novel terdapat konflik yang mengakibatkan

perubahan nasib pada pelakunya



menceritakan satu segi kehidupan pelaku



jalan ceritanya singkat; hanya mengenai hal-hal yang pokok/

garis besarnya

Hikayat dan novel keduanya merupakan bentuk karya sastra yang

berupa prosa. Bedanya, hikayat merupakan bagian dari prosa lama

sedangkan novel bagian dari prosa baru.

Dalam perkembangannya, kini kita lebih mengenal bentuk novel

daripada hikayat. Hikayat merupakan peninggalan sastra Melayu

sementara novel bagian dari perkembangan hasil karya sastra Indo-

nesia. Kini kita banyak mengenal hasil karya novel populer maupun

novel yang tergolong karya sastra. Bahkan novel terjemahan dari

berbagai negara pun banyak diterbitkan di Indonesia

dan menaburkan kata-kata cinta, seperti memberi

bensin pada motor tubuhku. Tanpa itu, mungkin

rasa jadi seorang istri agak kurang.

“Aku tidak mau meninggalkan kamu sendiri, ta-

pi ya bagaimana.

Take care

, Sayang,” begitu kira-

kira ucapan Jigme setiap kalinya.

Setelah ucapan “sayang,” atau “Aku cinta

kamu,” Jigme berangkat sekitar pukul delapan

pagi. Begitu sosok tegapnya menghilang, ritual

harianku pun dimulai. Aku mulai mencuci pakaian

kami secara manual, itu lho dengan tangan. De-

ngan payah, tangan berkerut-kerut dan badan

sedikit menggigil, biasanya aku berhasil juga

harus menggantungkan pakaian ke tiang bambu

sedemikian rupa supaya terjajar rapi. Kemudian,

sekuat tenaga aku mengangkat dan mendorong-

nya untuk dimasukkan ke dalam lubang di dinding

luar jendela. Inilah menjemur pakaian ala Singa-

pura, maklum tidak ada pekarangan. Melelahkan?

Ya, tapi tidak, tidak akan pernah aku mau lagi

menumpuk cucian dua hari seperti nasihat Mama,

soalnya jauh lebih melelahkan. Aku juga tidak

mau menumpuk pakaian dan menunggu bantuan

Jigme di akhir pekan. Ini tugas baruku, sebagai

seorang rumah tangga. Tentunya tanpa pem-

bantu.

Novel

adalah karangan prosa yang

panjang mengandung rangkaian

cerita kehidupan seseorang dengan

orang di sekelilingnya dengan me-

nonjolkan watak dan sifat setiap

pelaku.

KBBI,

2001

152

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Setelah ritual yang melelahkan inilah biasanya

aku “bertengger” di jendela. Walaupun peman-

dangan di hadapanku hanya gedung yang ber-

hiaskan pakaian berkibar-kibar, paling tidak aku

bisa melihat ke angkasa, ke birunya langit, atau

bergumpalnya awan, juga melihat gaya genit bu-

rung berkicau. Bisa pula aku melihat ke bawah,

ke lapangan parkir dan memperhatikan orang-

orang yang mondar-mandir. Pokoknya melihat

apa saja selain dua ruangan tempat kami tinggal,

maksudku, selain ruang tamu merangkap tempat

tidur dan ruang dapur merangkap ruang serba

guna tempatku berdiri sekarang ini. Oh ya, masih

ada kamar mandi sempit tempatku melakukan

ritual mencuci pakaian di samping ruang ini. Jadi,

total dua setengah ruangan jika mau dihitung-

hitung. Tapi tempat ini, apalagi ruangan depan,

tampak lebih besar dari ukuran sebenarnya kare-

na kami tidak memiliki mebel dan tempat tidur,

hanya kasur tipis yang bisa digulung.

“Nyonya Jigme Tshering, hari ini ternyata sama

seperti kemarin,” ujarku pada dini sendiri. Aku

senang memanggil nama baruku yang bertitelkan

“nyonya”. Kedengarannya aneh? Tidak juga, de-

ngan begitu aku sadar kewajibanku sebagai se-

orang ibu rumah tangga. Aku memang menikah

sebulan yang lalu, 5 September 1997, dan lang-

sung pindah ke Singapura. Titel nyonya atau ibu

sudah pantas untukku, paling tidak menurutku.

Mungkin nama Jigme Tshering yang kedengaran-

nya aneh? Biasa saja, jika mengingat suamiku

memang orang Tibet. Ya ... ya ... ya ... biasanya

dahi orang akan bertekuk, tanda bertanya-tanya

begitu mereka mendengar nama baruku. Kemu-

dian setelah kuberi tahu bahwa suamiku orang

Tibet, mereka lalu meluncurkan sederetan perta-

nyaan: Pantas saja namanya aneh, Jigme ... apa

artinya ya? Ketemu di mana? Kok bisa-bisanya

sih menikah dengan orang Tibet? Bagaimana de-

ngan keluarga kalian? Sampai pertanyaan konyol

seperti: Suamimu tinggal di gunung Everest?

Sudah nonton film “Seven Years in Tibet” atau

film Kungfu? Suamimu kenal Dalai Lama nggak?

Terkadang dengan semangat aku bercerita

bahwa nama Jigme dalam bahasa Tibet berarti

tidak memiliki rasa takut atau pemberani. Terka-

dang jika mereka teman dekatku, aku bercanda

bahwa jika ada yang memanggil Jigme di Lhasa,

Tibet, pasti lebih dari sepuluh orang akan mene-

ngok karena populernya nama tersebut.

Perjumpaan dengan Jigme juga sebuah cerita

tersendiri. Aku kenal Jigme saat sekolah di Ame-

rika Serikat. Aku sendiri waktu itu tinggal di

Pittsburg, sebuah kota di Kansas yang tidak ter-

cantum di peta saking kecilnya. Aku pindah ke

sana di awal tahun 1990. Mengapa Pittsburg?

Mengapa ke kota yang kata banyak orang, “Ja-

ngan berkedip jika kamu lewat Pittsburg, karena

kamu tidak sempat melihat kota itu.”

Aku bosan tinggal di kota metropolitan seperti

Jakarta. Menurutku, New York, Los Angeles,

Chicago, dan kota terkenal lainnya tidak jauh

berbeda dengan Jakarta. Di tengah-tengah

Kansas, di negara bagian tempat Dorothy dari

cerita film Wizard of Oz tinggal.

Pilihanku untuk kuliah di Pittsburg State

University (PSU) tidaklah salah. Tempatku belajar

dan kota Pittsburg ibarat telur goreng, di mana

universitas adalah kuningnya dan kota adalah

putihnya. Konon, kota ini sempat populer pada

tahun 1920-an, karena ada tempat penggalian

batu bara. Banyak orang Eropa, terutama dari

daerah Balkan, yang datang. Dulu penduduk

Pittsburg mencapai 60 ribu orang. Karena itu,

orang-orang menyebutnya Pittsburg, karena

situasinya yang mirip kota besar Pittsburg (pakai

huruf h) di Pennsylvania. Sayangnya, tambang

habis digali, disusul dengan terbakarnya pusat

rekreasi dengan

jet coaster

-nya, perlahan-lahan

disusul hilangnya penduduk kota ini. Untung ada

Pittsburg State University yang membuat kota ini

tetap hidup, jadi walaupun penduduk berkurang,

paling tidak sekitar 20 hingga 24 ribu orang masih

tinggal.

Setiap tahun untuk mengenang kejayaan kota

ini, mulai tahun 1984 diadakan

Little Balkans Days

setiap

Labor Day

atau hari buruh, sekitar awal

September. Ada parade pakaian tradisional ala

Balkan, ada juga pameran mobil kuno, lomba

masak, pasar malam dan lainnya. Disinilah seru-

nya, karena penduduk dan pihak universitas se-

perti melebur jadi satu.

Selain itu, di PSU atau Pittstate ini, begitu kami

sebut, semua dosen penuh perhatian, dan yang

terpenting, jumlah mahasiswa asingnya tidak

terlalu banyak. Jadi aku bisa berbicara bahasa

Inggris dan berteman dengan mahasiswa bangsa

lain. Tidak seperti di Los Angeles atau San Fran-

sisco yang mahasiswa Indonesianya membludak,

153

Bab 12 Berkomunikasi

dan mereka membentuk grup sendiri. Ah, kalau

cerita soal Pittsburg, tidak akan ada putus-pu-

tusnya.

Sekarang kembali kepada aku dan Jigme. Dua

tahun di Pittsburg, suatu liburan musim panas

aku berlibur ke tempat temanku, Lisa, di Wichita.

Kota ini lumayan sedikit lebih besar dibandingkan

Pittsburg, hanya tiga jam perjalanan dan masih

di daerah Kansas. Aku sering mengunjungi Lisa,

habis apalagi yang akan aku lakukan di kota sekecil

Pittsburg? Tadinya aku berpikiran akan mengun-

jungi Mas Bowo, kakakku satu-satunya di Chicago.

Tapi Lisa punya tawaran menarik. Ia mengajakku

datang ke pesta kampusnya. Ingin juga aku tahu,

seperti apa

sih

pesta mahasiswa Wichita State

University?

Apalagi setelah dengar cerita Lisa bahwa uni-

versitas ini tidak memiliki tim olahraga

American

Football

. Yang benar saja, tanpa

football

apa

artinya sebuah universitas di Amerika? Kata Lisa,

“Dulu memang ada, tapi semenjak seluruh ang-

gota tim terbunuh karena kecelakaan pesawat

terbang, universitas kemudian meniadakannya.”

Dia Pittstate sendiri, kami memiliki tim

the

Gorillas

, dengan maskot gorila dan sering jadi

juara di lomba antaruniversitas di

midwest

atau

daerah tengah Amerika. Tapi Lisa bangga, mere-

ka punya tim

baseball

andal,

the Shocker,

yang

maskotnya boneka jerami. Ya, sudah, toh aku

tetap penasaran.

Pesta berjalan biasa. Banyak yang minum bir

dari tong, atau makan agar-agar yang dicampur

bir atau disko dan ingar-bingar khas orang Ame-

rika. Aku senang pesta, tapi tidak minum. Masa-

lahnya dulu aku pernah menenggak satu sloki

dan jadi sakit seminggu. Jangankan itu, merokok

pun aku tidak. Aku pernah mencoba rokok

Marlboro

-nya Aji, tapi juga membuatku batuk

berkepanjangan. Lagi pula, minum bisa bikin

orang terlalu berani. Pernah di suatu pesta, te-

manku Cindi, mendadak mulai melepas bajunya

di depan para pria. Joe pernah bilang, sebenarnya

banyak cowok yang pura-pura mabuk, biar ce-

wek ikutan mabuk dan mulai menari telanjang.

Di tengah kebosanan inilah aku bertemu Jigme.

Tidak pernah terlintas sedikit pun dari benakku

kalau lelaki yang diperkenalkan Lisa kepadaku

malam itu akan menjadi suamiku kini. Betapa ti-

dak! Setelah pesta itu aku terlupa padanya. Aku

kembali ke Piitsburg dan hidupku berjalan biasa

dengan kekasihku saat itu, Aji Saka. Putus dari

Aji, aku pindah dan transfer sekolah ke Wichita.

Ah, siapa sangka Jigme terkaget-kaget melihatku

di kafetaria kampus Wichita State University.

“June Larasati Subagio,” teriaknya saat itu.

Aku yang siap menuju kelas kontan terperanjat.

Siapa pria ini? Mengapa ia tahu namaku?

“Ingat, saya Jigme Tshering,” katanya sambil

menjulurkan tangan.

Dengan bingung-bingung, aku membalas ja-

batan tangannya. “Maaf, siapa...”

Remember

? Saya bertemu kamu di pesta

tahun lalu,

don’t you remember

?” katanya.

Tangannya mengguncang-guncang tanganku.

Aku kemudian melepaskan diri dari jabatan erat-

nya. Aku masih terdiam, berusaha meletakkan

wajahnya di

puzzle

memoriku.

“Waktu itu Lisa mengenalkanmu padaku. Kamu

benar June yang mengenakan gaun hitam dan

rambut diangkat ke atas kan?” katanya dengan

mata berbinar-binar.

Samar-samar bayangannya menjadi jelas.

“Kamu ... ya, saya ingat. Kamu yang dari Tibet

itu bukan?” kataku ragu-ragu.

“Hahahaha... orang sering menyebut saya ‘

that

Tibetan

’ atau ‘

that Tibet guy

’.”

“Maaf,” kataku serba salah.

Ia menggeleng. “Tidak apa-apa kok. Saya se-

nang kamu ingat saya,” katanya sambil terus me-

natapku.

“Ya, saya ingat sekarang. Kamu yang bilang

kalau minum cuma untuk sosialisasi kan?”

“Memang kok, saya minum di pesta cuma

basa-basi. Dan kamu bilang, payah masa gara-

gara gengsi terpaksa minum. Hahahaha...benar,

gengsi....”

Aku tersenyum. Kemudian, sinar matanya yang

sipit seperti menembus mataku. Aku masih tidak

habis pikir, bagaimana ia ingat nama lengkapku

bahkan baju apa yang kupakai malam itu, sedang-

kan aku sendiri lupa?

Sesudah itu yang lain tinggal sejarah. Ia meng-

ajakku makan siang, tapi aku sudah makan siang.

Lalu, sebagai gantinya aku berjanji bertemu ke-

esokan harinya, jam yang sama untuk makan

siang. Setelah berbulan-bulan menjadi teman

Jigme dan makan siang bersama yang tak

terhitung banyaknya, akhirnya aku bersedia

154

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

menjadi pacarnya.

Ah mungkin ini yang mereka sebut jodoh. Karena itu setiap

ada yang bertanya perihal perjumpaan kamu, aku selalu tertawa.

Tidak jarang aku menggoda Jigme bahwa ia mencintaiku sejak

pandangan pertama. Jigme tidak mungkir, tapi ia selalu bersikeras

bahwa ia yakin aku juga senang padanya saat pertama melihat-

nya. Kalau sudah begitu aku terdiam dan tersenyum. Kenya-

taannya atau tidak, yang penting toh dua setengah tahun setelah

itu kami menikah, bukan begitu?

Terkadang pula kepada orang yang bertanya, aku bercerita

mendetail bahwa Jigme memiliki adik perempuan satu-satunya,

Nyima, yang tinggal bersama kedua orang tua mereka di Lhasa,

Tibet. Alasan Jigme untuk bekerja di Singapura adalah karena

dulu sebelum ke Amerika, ia dan keluarganya pernah menetap

di sini selama sepuluh tahun lebih. Namun, Jigme tidak sempat

berkumpul lagi dengan mereka setelah pulang karena mereka

berkeputusan pindah kembali ke Tibet setahun yang lalu. Tentu-

nya jigme juga tahu bahwa Singapura dekat dengan Indonesia,

jadi kami berdua bisa mengunjungi orang tuaku di Jakarta.

Bla...bla...bla... aku pun bercerita a sampai z tentang hubungan

kami yang setengah tahun sebelum akhirnya menikah. Itu pun

ditambah cerita bahwa kami sempat berhubungan jarak jauh,

karena ia waktu itu masih di Amerika dan aku sudah pulang ke

Jakarta. Begitulah. Namun, tak jarang aku hanya menjawab

pertanyaan dengan, “Ya sudah jodoh mungkin. Biarpun ia orang

Tibet, aku orang Indonesia, kalau sudah jodoh mau apa,

ya

kan

?”

...................

Sumber: novel

Jendela-jendela

, karya Fira Basuki

Jawablah sesuai dengan ku-

tipan novel

Jendela-jendela

!

1. Apakah isi kutipan novel sesuai

dengan ciri khas novel? Ciri-ciri

apa saja yang sesuai? Sebutkan

ciri-ciri tersebut dan kutiplah kali-

mat pendukungnya!

2. Analisislah unsur-unsur intrinsik

(tokoh dan penokohan, latar,

alur, amanat, dan gaya bahasa)

kutipan novel tersebut!

3. Nilai-nilai apa yang Anda temu-

kan dalam kutipan novel terse-

but! Kutiplah kalimat/peristiwa

pendukungnya!

4. Ceritakan kembali isi kutipan

novel menggunakan bahasa In-

donesia yang baik dan benar!

1

Penggunaan bahasa dalam hikayat

2

Penggunaan bahasa dalam novel Indonesia

TABEL A

Judul buku

:

Jendela-jendela

Penulis

: Fira Basuki

Penerbit

: Grasindo

Tahun

: 2001

155

Bab 12 Berkomunikasi

12.1.312.1.3

12.1.312.1.3

12.1.3

TT

TT

T

anggapan dalam Diskusi

anggapan dalam Diskusi

anggapan dalam Diskusi

anggapan dalam Diskusi

anggapan dalam Diskusi

Kegiatan diskusi pada prinsipnya bertujuan untuk melatih siswa

agar dapat berpikir kritis dan mampu menyampaikan gagasannya

dalam suatu diskusi. Ketika kita sedang diskusi, kita dapat saling

bertukar pengalaman dan pendapat. Namun, dalam menyampaikan

pendapat hendaknya disampaikan secara sistematis, dalam kalimat

yang singkat tapi jelas, dapat disertai dengan argumen, dan tidak

menyinggung perasaan orang lain.

Oleh karena itu, bila kita bertanya, menanggapi pembicaraan

atau menyampaikan kritik hendaknya memperhatikan situasi. Sampai-

kan alasan yang tepat, dapat juga disertai dengan mengemukakan

bukti-bukti/ fakta pendukung agar gagasan tersebut dapat diterima

secara objektif.

Hasil kegiatan diskusi dapat disusun dalam bentuk notulen

diskusi. Unsur-unsur yang ada dalam notulen diskusi adalah:

Berdasarkan perbandingan tersebut, buatlah sebuah kesimpulan

tentang bahasa yang digunakan dalam hikayat dan novel Indonesia!

1

Nilai budaya

2

Nilai moral

TABEL B

Hikayat

Novel Indonesia

Hikayat

Novel Indonesia

Berdasarkan perbandingan tersebut, buatlah sebuah kesimpulan

tentang nilai budaya dan nilai moral yang ada dalam hikayat dan

novel Indonesia!

Diskusikan dalam kelompok!

1. Bandingkan penggunaan bahasa

antara hikayat dan novel Indo-

nesia dengan mengisi

TABEL A

!

2. Bandingkan nilai budaya dan nilai

moral antara hikayat dan novel

Indonesia dengan mengisi

TABEL B

! Apakah nilai-nilai ter-

sebut masih relevan dengan

kehidupan masa kini? Jelaskan!

3. Presentasikan hasil diskusi ke-

lompok Anda di depan kelas!

4. Aturlah presentasi tersebut

dalam forum diskusi kelas di ba-

wah bimbingan guru! Pilihlah se-

orang moderator!

5. Catatlah hasil diskusi dalam

bentuk notulen lengkap!

-

Waktu

-

Peserta Diskusi

-

Susunan Acara

-

Hasil Diskusi

-

Kesimpulan

-

Tanda Tangan Moderator

dan Notulis

-

Judul diskusi

-

Tema diskusi

-

Pembicara/pemakalah

-

Moderator

-

Notulis

-

Hati/Tanggal

-

Tempat

1. Catatlah hal-hal penting yang

disampaikan oleh presentator!

Catatan tersebut meliputi:

a. siapa yang berbicara

b. topik pembicaraannya apa

c. pokok-pokok pembicaraan

d. kesimpulan

2. Ajukan pertanyaan sehubungan

dengan masalah tersebut!

3. Sampaikan tanggapan terhadap

topik tersebut! Sertailah de-

ngan argumen!

4. Bila ada hal-hal yang perlu di-

sanggah, sampaikanlah sang-

gahan Anda dengan pernya-

taan yang singkat dan jelas dan

dukunglah dengan argumen

yang tepat! Bila perlu dukung-

lah argumen tersebut dengan

fakta dan data yang akurat!

156

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

12.212.2

12.212.2

12.2

NotulenNotulen

NotulenNotulen

Notulen

Notulen adalah hasil pencatatan sebuah rapat yang dilakukan

oleh notulis/sekretaris. Pola penulisan notulen adalah sebagai ber-

ikut.

1. Judul

2. Hari / Tanggal

3. Tempat

4. Waktu

5. Peserta rapat

6. Pemimpin rapat

7. Daftar acara

8. Notulis

9. Jalannya rapat

10. Keputusan rapat

11. Tanggal penandatanganan notulen dan tempat

12. Tanda tangan pemimpin diskusi dan notulis.

Contoh Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Bagian Umum Deputi Bidang

Bagian Umum Deputi Bidang

Bagian Umum Deputi Bidang

Bagian Umum Deputi Bidang

Bagian Umum Deputi Bidang

Administrasi BPPT

Administrasi BPPT

Administrasi BPPT

Administrasi BPPT

Administrasi BPPT

Tanggal

: 10 Maret 2007

Tempat

: Ruang Rapat Bagian Umum

Waktu rapat

: Pukul 10.00 - 13.30

Peserta rapat

:

1. Untung Darwadi, S.H., Kabag Umum.

2. Dra. Ina Mardiana, Kabag Rumah Tangga.

3. Budi Susilo, S.E., Kasubag Tata Usaha.

4. Fenny Darmasaputra, B.Sc., Staf Tata

Usaha.

5. Endang Ningsih, B.A., Staf Tata Usaha.

6. Malik, Staf Rumah Tangga.

7. Novianti Nazli Dewi, Sekretaris.

Pemimpin rapat

: Toto Wahyu

Keputusan rapat

:

1. Produktivitas Kerja

Disepakati menerima usulan Ibu Ina yang

menyangkut hal berikut.

1

1. Bandingkan kedua contoh no-

tulen rapat tersebut ditinjau dari

kelengkapan unsurnya!

2. Di mana letak perbedaan antara

kedua contoh notulen terse-

but? Jelaskan!

Bentuklah kelompok, lalu ikuti-

lah langkah-langkah berikut!

1. Cobalah untuk mengadakan

rapat kelas tentang: persiapan

mengikuti lomba antarkelas

dalam rangka Peringatan Hari

Pendidikan Nasional di seko-

lahmu!

2. Aturlah ruangan menjadi ruang

rapat!

3. Tulislah hasil rapat tersebut

dalam sebuah notulen rapat

yang lengkap!

Gbr. 12.1

Siswa sedang melaksanakan

diskusi di kelas.

Tempo, 1 Agt 05

157

Bab 12 Berkomunikasi

Acara

:

1. Pembukaan

2. Pengantar Pimpinan Rapat

3. Penyusunan Program Kegiatan

4. Lain-lain

5. Penutup

I. Pembukaan: doa dipimpin oleh Agung R.

II. Pengantar Pimpinan Rapat

2.1 Kegiatan rapat kali ini untuk membahas

persiapan penyusunan program kerja.

2.2 Pengurus OSIS diharapkan untuk

bekerja sama dalam menyusun pro-

gram.

III. Pembahasan Penyusunan Program Kerja

3.1 Penyusunan program kerja akan

diserahkan kepada tiap seksi.

3.2 Setelah tiap seksi menyusun,

programnya akan diajukan dalam rapat

pleno.

3.3 Tiap seksi diharapkan sudah selesai

menyusun program dalam waktu satu

minggu.

3.4 Rencana program tiap seksi akan

dipresentasikan dalam rapat pleno

minggu depan.

3.5 Isi program yang disetujui akan

disahkan sebagai program kerja

tahunan.

IV. Lain-Lain

4.1 Ketua OSIS sangat mengharapkan kerja

sama yang baik antarpengurus OSIS.

4.2 Bila ada saran atau usulan agar

disampaikan langsung kepada ketua.

4.3 Usulan dari peserta rapat agar

rancangan program kerja sudah

dikumpulkan kepada sekretaris OSIS

minimal sehari sebelum rapat.

V. Penutup: doa penutup dipimpin oleh Anna

Jakarta, 20 Maret 2007

Pemimpin Rapat, Sekretaris,

Harry W. Shinta

a. Perlu diadakan pembagian kerja yang

seimbang di antara pegawai serta perlunya

pengawasan langsung dari atas-an yang

bertanggung jawab pada tugas-tugas ba-

wahannya.

b. Frekuensi pekerjaan yang semakin tinggi

selama ini tidak diimbangi oleh kesiapan

tenaga yang ada. Karena itu, perlu diadakan

pembagian kerja yang tepat. Seorang

pegawai harus mendapat pekerjaan yang

sesuai dengan latar belakang keahliannya.

2. Kursus Bahasa Indonesia

Rapat menyetujui usulan Pak Malik mengenai

hal-hal sebagai berikut:

a. Perlu segera dicarikan jalan keluar atas

kendala yang dihadapi dalam kegiatan

surat-menyurat intern, yaitu dengan

meningkatkan kemampuan berbahasa In-

donesia tulis untuk korespondensi.

b. Agar diupayakan sekretaris yang siap pakai

dalam tugas-tugasnya, memiliki

kemampuan menjadi korektor, notulis, dan

MC.

Rapat memutuskan agar Bagian Umum meneruskan

usulan tersebut pada Bagian Diklat.

Jakarta, 15 Maret 2007

Mengetahui,

Toto Wahyu

Novianti N. Dewi

Pemimpin Rapat

Notulis

2

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

Notulen Rapat

OSIS SMA 1 Bandung

OSIS SMA 1 Bandung

OSIS SMA 1 Bandung

OSIS SMA 1 Bandung

OSIS SMA 1 Bandung

Hari

: Senin

Tanggal

: 20 Maret 2007

Tempat

: Ruang OSIS

Waktu

: pukul 13.30 s.d. 15.00

Peserta

: Pengurus OSIS

Pemimpin Rapat

: Ketua OSIS

158

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Hikayat adalah karya sastra lama Melayu yang

berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang,

dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, historis,

biografis, atau gabungan sifat-sifat tersebut, dibaca

untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau

sekadar untuk meramaikan pesta.

Hikayat merupakan bentuk cerita yang berasal

dari Arab. Mulai dikenal di Indonesia sejak masuknya

ajaran Islam ke Indonesia. Biasanya berisi cerita ke-

hidupan seputar istana, kisah cerita anak-anak raja,

pertempuran antarnegara, seorang pahlawan yang

memiliki senjata sakti, dan sebagainya. Hikayat sering

disebut dongeng istana. Tokoh dalam hikayat biasanya

adalah para raja, permaisuri, putra dan putri raja,

ataupun para kerabat raja.

Ciri khas hikayat adalah menimba bahannya dari

kehidupan raja-raja dan dewa-dewi, berisi dongeng

yang serba indah yang membawa pikiran pembaca

ke alam khayal, dan melukiskan peperangan hebat,

tempat para raja/dewa mempertunjukkan kesaktian-

nya untuk merebut kerajaan atau seorang putri.

Novel adalah karangan prosa yang panjang, me-

ngandung rangkaian cerita kehidupan seseorang de-

ngan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan wa-

tak dan sifat setiap pelaku.

Istilah novel berasal dari bahasa Italia

novella

yang berartti kabar atau berita. Ciri khas novel adalah

mengandung konflik yang mengakibatkan perubahan

nasib pada pelakunya, menceriterakan satu segi kehi-

dupan pelaku, jalan ceritanya singkat, hanya mengenai

hal-hal yang pokok/garis besarnya saja.

Hikayat dan novel sama-sama merupakan ben-

tuk karya sastra yang berupa prosa. Bedanya adalah

hikayat merupakan bagian dari prosa lama, sedang-

kan novel adalah bagian dari prosa baru. Hikayat me-

rupakan peninggalan sastra Melayu, sementara novel

merupakan bagian dari perkembangan hasil karya

sastra Indonesia.

Kegiatan diskusi pada prinsipnya bertujuan untuk

melatih seseorang agar dapat berpikir kritis dan

mampu menyampaikan gagasannya dalam forum

resmi. Maka, dalam menyampaikan gagasan hen-

daknya secara sistematis, dalam kalimat yang singkat

tapi jelas, disertai argumen, dan tidak menyinggung

perasaan orang lain.

Demikian juga kalau menyampaikan kritik, harus

memperhatikan situasi, sertai dengan alasan yang

tepat, beserta bukti-bukti atau fakta pendukung agar

gagasan ataupun kritikan dapat diterima secara

objektif

Hasil kegiatan diskusi disusun dalam bentuk

notulen diskusi. Notulen adalah hasil pencatatan

sebuah rapat yang dilakukan oleh notulis/sekretaris.

Unsur-unsur dalam notulen diskusi adalah judul dan

tema diskusi, pembicara/pemakalah, moderator,

notulis, hari/tanggal, tempat pelaksanaan, waktu,

peserta, pemimpin, daftar acara, jalannya rapat,

tanggal penandatanganan notulen dan tempat, tanda

tangan pemimpin dan notulis.

159

Bab 12 Berkomunikasi

I.

Pilihlah salah satu jawaban yang paling

tepat!

1. Pada dasarnya hikayat, tambo, dan cerita panji

isinya bertalian dengan unsur-unsur ... .

a. politik

b. ekonomi

c. seni

d. pendidikan

e. sejarah

2.

Maka Sri Rama dan Laksamana pun berja-

lanlah siang dan malam tiada berhenti lagi, Sri

Rama pun bertemulah dengan seekor bangau

lagi minum air. Sri Rama pun bertanya kepada

bangau itu, katanya, “Hai bangau, adakah engkau

melihat biniku dilarikan orang?”

Maka kata bangau itu, “Ya Tuanku Sri Rama

hamba mencahari makanan hamba dalam benua

ini, maka hamba lihat bayang-bayang pada danau

ini. Nyatalah Maharaja Rawana membawa pe-

rempuan seorang. Adapun kainnya itu kain ke-

sumba warna keemas-emasan. Tetapi perem-

puan mana itu hamba tiada tahu. Kenyataan kain

perca itu digugurkannya ke bumi.”

Dalam penggalan hikayat di atas, hal yang tidak

menunjukkan penanda karakteristik sebuah

hikayat adalah ... .

a. pengaruh bahasa Melayunya masih dominan

b. adanya tokoh keturunan raja

c. adanya sifat fantastis dan khayalan

d. bentuknya seperti dongeng

e. pelakunya rakyat jelata

3.

Ritualku setiap pagi? Sudah sebulan aku

tinggal di “rumah susun” ini dan dari hari ke hari

tidak ada yang berubah. Pukul enam pagi, biasa-

nya aku bangun, itu juga ketika Jigme, suamiku

selesai salat subuh. Sebagai seorang istri yang

baik aku pun terbangun. Terkadang salat subuh

terkadang tidak, tapi yang selalu adalah menyiap-

kan sarapan lagi dan memastikan pakaian sang

suami tidak kusut.

“Sayang, I love you sooo very much,” kata

Jigme setiap pagi.

Bangun pagi melihat Jigme yang selalu

tertawa dan menaburkan kata-kata cinta,

seperti memberi bensin pada motor tubuhku.

Tanpa itu, mungkin rasa jadi seorang istri agak

kurang (

Jendela-jendela

, karya Fira Basuki).

Latar yang tidak dilukiskan dalam penggalan novel

di atas adalah ... .

a. tempat

b. suasana

c. waktu

d. agama

e. keadaan

4. Berdasarkan penggalan novel soal 3, yang bukan

merupakan watak sang suami adalah ... .

a. religius

b. penuh cinta

c. ambisius

d. penuh perhatian kepada istri

e. pengertian

5.

Pada akhirnya, cerita apa pun yang aku pilih, toh

mereka tetap tercengang atau terpaku. Apalagi

jika mereka kenalan dengan kedua orang tuaku,

atau kenalan dengan orang tua Jigme. Belum lagi

jika mereka tahu aku tinggal di apartemen HDB

atau Housing Development Board, alias rumah

susun yang dibangun pemerintah Singapura.

Siapa sangka aku rela tinggal seperti ini? Apalagi

bagi mereka yang tahu siapa kedua orang tuaku

...(

Jendela-Jendela

, karya Fira Basuki).

Nilai yang menonjol dalam kutipan novel tersebut

adalah nilai ... .

a. budaya

b. sosial

c. agama

d. moral

e. pendidikan

6.

Untunglah rupanya wanita tadi sudah mengambil

baju kaosku sebelum aku datang, jadi aku tidak

perlu berlama-lama di sini. Setelah mengucapkan

terima kasih, buru-buru aku meninggalkan tem-

pat itu tanpa menengok (

Jendela-Jendela

, karya

Fira Basuki).

160

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Nilai yang menonjol dalam kutipan di atas adalah

... .

a. nilai budaya

b. nilai sosial

c. nilai moral

d. nilai pendidikan

e. nilai agama

7.

Beginilah nasib tinggal di rumah susun! Umpatku

dalam hati. Masih untung jemuranku tidak di-

siram bumbu kari ayam dari atas. Menurut ceri-

ta-cerita sinis yang kudengar, terkadang orang

tega untuk membuang sisa makanan begitu saja

dari jendela mereka. Tidak terlintas di benak

mereka kalau sampah buangan mereka itu bisa

mengotori pakaian orang (

Jendela-jendela

,

karya Fira Basuki).

Pesan yang hendak disampaikan pengarang

melalui cerita tersebut adalah... .

a. nasib tokoh di rumah susun

b. jemuran yang disiram kari ayam

c. tega membuang sisa makanan

d. jangan membuang sampah sembarangan

e. hati-hati dengan penghuni rumah susun

8. Hal-hal di bawah ini yang bukan merupakan

ketentuan mengajukan ketidaksetujuan kita pada

suatu pendapat adalah ... .

a. mengemukakan ketidaksetujuan dengan

menggunakan bahasa yang baik dan dilandasi

argumen yang logis

b. yang ditolak adalah pendapatnya, bukan

orang yang mengemukakan pendapat

c. mengungkapkan ketidaksetujuan harus

menggunakan kata yang amat tegas dan

keras

d. menunjukkan bagian kesalahan dan menyer-

takan alasannya

e. tidak mencemooh atau menyinggung pera-

saan

9. Contoh pengajuan gagasan yang benar adalah

...

a. Saya tidak setuju dengan usul Saudara,

Saudara terlalu egois.

b. Saudara itu bagaimana? Usul seenaknya.

c. Usul Saudara itu mengada-ada. Saudara

sadar tidak?

d. Bagaimana jika kita tinjau kembali usul

Saudara, sepertinya usulan itu kurang tepat.

e. Dasar bodoh, usul seenaknya!

10. Hal yang sebaiknya dihindari dalam memberikan

tanggapan, baik tanggapan setuju maupun tidak

setuju seorang anggota diskusi adalah ... .

a. tata krama berdiskusi

b. menggunakan kalimat efektif

c. menerima saja keputusan yang diambil

d. menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar

e. menghargai tanggapan orang lain

II. Kerjakan soal-soal berikut dengan tepat!

1. Jelaskan perbedaan hikayat dengan novel ditinjau

dari beberapa segi!

2. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai yang terdapat

dalam karya sastra dan berilah pula contohnya!

3. Sebut dan jelaskan hal-hal yang harus diperha-

tikan pada saat kita mengajukan gagasan dalam

diskusi!

4. Buatlah lima contoh kalimat tanggapan dalam

suatu diskusi!

5. Sebutkan dan jelaskan tugas pemimpin rapat

sebelum dan saat pelaksanaan rapat!

161

A

adegan : 1 pemunculan tokoh baru atau

pergantian susunan (layar) pada

pertunjukan wayang; 2 bagian babak di

lakon (sandiwara, film, dsb)

alur : 1 rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin

dengan saksama dan menggerakkan jalan

cerita melalui kerumitan ke arah klimaks

dan penyelesaian; 2 jalinan peristiwa dalam

karya sastra untuk mencapai efek tertentu

(pautannya dapat diwujudkan oleh

hubungan temporal atau waktu dan oleh

hubungan kausal atau sebab-akibat).

aposisi : ungkapan yang berfungsi menambah atau

menjelaskan ungkapan sebelumnya dalam

kalimat yang bersangkutan.

argumentatif : 1 memiliki (mengandung) alasan

yang dapat dipakai sebagai bukti; 2

karangan yang bertujuan membuktikan

pendapat

artikel : 1 karya tulis lengkap, misalnya laporan,

berita atau esai di majalah, surat kabar; 2

bagian undang-undang atau peraturan yang

berupa ketentuan pasal; 3 unsur yang

dipakai untuk membatasi atau memodifikasi

nomina.

autobiografi : riwayat hidup pribadi yang ditulis

sendiri

B

bibliografi : daftar buku atau karangan yang

merupakan sumber rujukan dari sebuah

tulisan atau karangan atau daftar tentang

suatu subjek ilmu; daftar pustaka.

biografi : riwayat hidup (seseorang) yang ditulis

oleh orang lain.

C

catatan kaki : keterangan yang dicantumkan pada

margin bawah pada halaman buku

(biasanya dicetak dengan huruf yang lebih

kecil daripada huruf di dalam teks guna

menambahkan rujukan uraian di dalam

naskah pokok).

ceramah : 1 pidato oleh seseorang di hadapan

banyak pendengar, mengenai suatu hal,

pengetahuan, dsb; 2 suka bercakap-cakap

(tidak pendiam); 3 cerewet; banyak cakap.

cerita berbingkai : cerita yang didalamnya

mengandung cerita lain (pelaku atau peran

dalam cerita itu bercerita).

cerpen : cerita pendek.

D

daftar pustaka : : daftar yang mencantumkan judul

buku, nama pengarang, penerbit, dsb yang

ditempatkan pada bagian akhir suatu

karangan atau buku, dan disusun menurut

abjad.

denotasi : makna kata atau kelompok kata yang

didasarkan atas penunjukan yang lugas pada

sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan

atas konversi tertentu dan bersifat objektif.

deskriptif : bersifat deskripsi; bersifat

menggambarkan apa adanya.

dialog : 1 percakapan (di sandiwara, cerita, dsb);

karya tulis yang disajikan dalam bentuk

percakapan antara dua tokoh atau lebih; 3

kata-kata yang diucapkan oleh pemain untuk

mengungkapkan pikiran atau perasaannya

tanpa ditujukan kepada pemain lain.

disertasi : karangan ilmiah yang ditulis untuk

memperoleh gelar doktor.

diskusi : pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran

mengenai suatu masalah.

dongeng : 1 cerita yang tidak benar-benar terjadi

(terutama tentang kejadian zaman dulu yang

aneh-aneh); 2 perkataan (berita, dsb) yang

bukan-bukan atau tidak benar.

drama : 1 komposisi syair atau prosa yang

diharapkan dapat menggambarkan

kehidupan dan watak melalui tingkah laku

(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2

cerita atau kisah terutama yang melibatkan

konflik atau emosi, yang khusus disusun

untuk pertunjukan teater; 3 kejadian yang

menyedihkan.

162

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

E

eksperimental : bersangkutan dengan percobaan.

eksposisi :

1

uraian (paparan) yang bertujuan

menjelaskan maksud dan tujuan;

2

pameran;

3

bagian awal karya sastra yang

berisi keterangan tentang tokoh dan latar.

ekstrinsik : berasal dari luar (tentang nilai mata

uang, sifat manusia, atau nilai suatu

peristiwa); bukan merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari sesuatu; tidak

termasuk intinya.

endosentris : dikatakan tentang ungkapan yang

maknanya berasal dari makna-makna

konstituennya (dalam semantik); 2 berfungsi

secara sintaksis dengan cara yang sama

dengan pemadunya yang mana saja.

episode : (bagian) riwayat atau peristiwa (yang

seakan-akan berdiri sendiri); seri cerita.

epos : cerita kepahlawanan; syair panjang yang

menceritakan riwayat perjuangan seorang

pahlawan; wiracarita.

F

fabel : cerita yang menggambarkan watak dan

budi manusia yang pelakunya diperankan

oleh binatang (berisi pendidikan moral dan

budi pekerti).

frasa : gabungan dua kata atau lebih yang bersifat

non-predikatif.

frasa adjektival : frasa endosentris berinduk satu

yang induknya adjektiva dan modifikatornya

adverbia.

frasa verbal : 1 frasa endosentris berinduk satu

yang induknya verba dan modifikatornya

berupa partikel modal; 2 bagian dari kalimat

yang berupa verba dengan atau tanpa objek

dan atau keterangan dalam kaidah struktur

frasa dan yang berfungsi sebagai predikat.

G

gagasan pendukung : hasil pemikiran yang

mendukung gagasan utama.

gagasan utama : ide utama; ide pokok.

H

hikayat : karya sastra lama Melayu berbentuk

prosa yang berisi cerita, undang-undang,

dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan,

historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat

itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit

semangat juang, atau sekadar untuk

meramaikan pesta.

hipotesis : sesuatu yang dianggap benar untuk

alasan atau pengutaraan pendapat (teori,

preposisi, dsb) meskipun kebenarannya

masih harus dibuktikan; anggapan dasar.

I

idiom : 1 konstruksi yang maknanya tidak sama

dengan gabungan makna unsurnya; 2

bahasa dan dialek yang khas menandai

suatu bangsa, suku, kelompok, dll.

intonasi : 1 lagu kalimat; 2 ketepatan penyajian

tinggi rendah nada (dari seorang penyanyi).

intrinsik : terkadung di dalamnya (tentang kadar

logam mulia dalam mata uang, harkat

seseorang, atau suatu peristiwa.

K

karangan : 1 hasil mengarang; cerita; buah pena;

2 ciptaan; gubahan (lagu, musik, nyanyian);

3 cerita mengada-ada (yang bibuat-buat); 4

hasil rangkuman (susunan).

komedi : sandiwara ringan yang penuh dengan

kelucuan meskipun kadang-kadang kelucuan

itu bersifat menyindir dan berakhir dengan

bahagia; drama ria.

konflik : 1 percekcokan; perselisihan;

pertentangan; 2 ketegangan atau

pertentangan di dalam cerita rekaan atau

drama (pertentangan antara dua kekuatan,

pertentangan dalam diri satu tokoh,

pertentangan antara dua tokoh, dsb).

kostum : pakaian khusus (dapat pula merupakan

pakaian seragam) bagi perseorangan, regu

olahraga, rombongan, kesatuan,

pertunjukan, upacara, dll.

kutipan : 1 pungutan; petikan; nukilan; sifat; 2

pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari

karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau

memperkokoh argumen dalam tulisan

sendiri.

L

lafal : cara seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu masyarakat bahasa

mengucapkan bunyi bahasa.

laporan penelitian : segala sesuatu yang

dilaporkan; berita (dalam hal ini penelitian).

163

latar :

1

permukaan;

2

halaman;

3

rata; datar;

4

dasar warna (pada pakaian, dsb);

5

keterangan mengenai waktu, ruang, dan

suasana terjadinya lakuan dalam karya

sastra;

6

keadaan atau situasi (yang

menyertai ujaran atau percakapan);

7

dekor

pemandangan yang dipakai dalam

pementasan drama, seperti pengaturan

tempat kejadian, perlengkapan, dan

pencahayaan.

legenda : cerita rakyat pada zaman dahulu yang

ada hubungannya dengan peristiwa sejarah.

M

makalah : 1 tulisan resmi tentang suatu pokok

yang dimaksudkan untuk dibaca di muka

umum dalam suatu persidangan dan yang

sering disusun untuk diterbitkan; 2 karya

tulis pelajar atau mahasiswa sebagai

laporan hasil pelaksanaan tugas sekolah

atau perguruan tinggi.

melodrama : 1 pergelaran, seperti sandiwara,

dengan lakon yang sangat sentimental,

mendebarkan, dan mengharukan yang lebih

mengutamakan ketegangan daripada

kebenaran; 2 lakon modern yang serius,

tetapi belum dapat disebut sebagai drama

duka; 3 pergelaran seni deklamasi yang

diiringi musik.

meterai : cap tanda berupa gambar yang

tercantum pada kertas atau terukir

(terpateri) pada kayu, besi, dsb.

mimik : peniruan dengan gerak-gerik anggota

badan dan raut muka.

mite : cerita yang mempunyai latar belakang

sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai

cerita yang benar-benar terjadi; dianggap

suci, banyak mengadung hal-hal yang ajaib,

dan umumnya ditokohi oleh dewa.

moderator : 1 orang yang bertindak sebagai

penengah (hakim, wasit); 2 pemimpin

sidang (rapat, diskusi) yang menjadi

pengarah pada acara pembicaraan atau

pendiskusian masalah.

N

notulen : catatan singkat mengenai jalannya

persidangan (rapat) serta hal yang

dibicarakan dan diputuskan.

novel : karangan prosa yang panjang

mengandung rangkaian cerita kehidupan

seorang dengan orang disekelilingnya

dengan menonjolkan watak dan sifat setiap

pelaku.

P

parabel : cerita rekaan untuk menyampaikan

ajaran agama, mural, atau kebenaran umum

dengan menggunakan perbandingan atu

ibarat.

paragraf : bagian bab dalam suatu karangan

(biasanya mengandung satu ide pokok dan

penulisannya dimulai dengan baris baru);

alinea.

paragraf deduktif : paragraf yang bersifat deduksi

(paragraf yang kesimpulannya ditarik dari

keadaan khusus; penyimpulan dari yang

umum ke yang khusus).

paragraf induktif : paragraf yang bersifat induksi

(paragraf yang metode pemikirannya

bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa)

khusus untuk menentukan hukum (kaidah)

yang umum; penarikan kesimpulan

berdasarkan keadaan yang khusus untuk

diperlakukan secara umum; penentuan

kaidah umum berdasarkan kaidah khusus).

penelitian : 1 pemeriksaan yang teliti; penyelidikan;

2 kegiatan pengumpulan, pengolahan,

analisis, dan penyajian data yang dilakukan

secara sistematis dan objektif untuk

memecahkan suatu persoalan atau menguji

suatu hipotesis untuk mengembangkan

prinsip-prinsip umum.

penokohan : 1 proses, cara, perbuatan

menokohkan; 2 penciptaan citra tokoh

dalam karya sastra.

peristiwa : 1 kejadian (hal, perkara, dsb); kejadian

yang luar biasa (menarik perhatian, dsb);

yang benar-benar terjadi; 2 pada suatu

kejadian (kerap kali dipakai untuk memulai

cerita).

pias : 1 lajur tikar pandan yang mendatar dijahit

menjadi layar; 2 lajur; jalur; 3 bagian di

keempat pinggiran halaman yang kosong

tidak dicetak (atas, muka, bawah, dan

belakang).

premis : 1 apa yang dianggap benar sebagai

landasan kesimpulan kemudian; dasar

pemikiran; alasan; 2 asumsi; 3 kalimat atau

preposisi yang dijadikan dasar penarikan

kesimpulan di dalam logika.

proposal : rencana yang dituangkan dalam

rancangan kerja

prosa : karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah

yang terdapat dalam puisi).

R

rangkuman : 1 pelukan; 2 ringkasan; ikhtisar (dari

uraian) dsb.

164

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

regresi : 1 (urutan dsb) mundur; urutan berbalik

ke belakang; 2 penyusutan luas (air) laut

yang disebabkan oleh faktor tertentu; 3

proses berbalik ke tahap perkembangan

perilaku sebelumnya yang dialami orang

karena frustasi; 4 hubungan rata-rata

antara variabel.

reproduksi : pengembangbiakan; tiruan; hasil

ulang.

resensi : pertimbangan atau pembicaraan tentang

buku; ulasan buku.

S

sambutan : 1 penerimaan; 2 balasan; reaksi;

sanggahan; 3 pidato; 4 barang yang dibeli

dengan pembayaran kemudian; 5 barang

yang dititpkan untuk dijual.

satire : gaya bahasa yang dipakai dalam

kesusastraan untuk menyatakan sindiran

terhadap suatu keadaan atau seseorang; 2

sindiran atau ejekan.

skenario : rencana lakon sandiwara atau film

berupa adegan demi adegan yang tertulis

secara terperinci.

skripsi : karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh

mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan

akhir pendidikan akademisnya.

surat kuasa : surat yang berisi tentang pemberian

kuasa kepada seseorang untuk mengurus

sesuatu.

T

tambo : 1 sejarah; babad; hikayat; riwayat kuno; 2

uaraian sejarah suatu daerah yang sering

kali bercampur dengan dongeng.

tesis : 1 pernyataan atau teori yang didukung oleh

argumen yang dikemukan dalam karangan;

untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada

perguruan tinggi; 2 karangan ilmiah yang

ditulis untuk mendapatkan gekar

kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi

(universitas); disertasi.

tokoh :

1

rupa (wujud dan keadaan); macam atau

jenis;

2

bentuk badan; perawakan;

3

orang

yang terkemuka dan kenamaan (dalam

bidang politik, kebudayaan, dsb);

4

pemegang peran (peran utama) dalam

roman atau drama.

tragedi : 1 sandiwara sedih (pelaku utamanya

menderita kesengaraan lahir dan batin yang

luar biasa atau sampai meninggal); 2

peristiwa yang menyedihkan.

W

watak : sifat batin manusia yang mempengaruhi

segenap pikiran dan tingkah laku; budi

pekerti; tabiat.

wawancara : 1 tanya jawab dengan seseorang

(pejabat, dsb) yang diperlukan untuk

dimintai keterangan atau pendapatnya

mengenai suatu hal, untuk dimuat di surat

kabar, disiarkan melalui radio, atau

ditayangkan pada layar televisi; 2 tanya

jawab direksi (kepala personalia, kepala

humas) perusahaan dengan pelamar

pekerjaan; 3 tanya jawab peneliti dengan

narasumber.

165

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1996.

Puisi Baru

. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Ambary, Abdullah. 1976.

Intisari tata Bahasa Indonesia.

Bandung: Djatnika.

Anwar, Chairil. 1986.

Aku Ini Binatang Jalang

. Jakarta: PT Gramedia.

Arifin, Bustanul. 1986.

Pedoman Menulis Karangan Ilmiah

. Bandung: CV Lubuk Agung.

Badudu, J.S. 1982.

Pelik-Pelik Bahasa Indonesia.

Bandung: Pustaka Prima.

______ . 1993.

Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. III

. Jakarta: Gramedia.

Basuki, Fira. 2001.

Jendela-jendela

. Jakarta: Grasindo.

Bonar, S.K. 1987.

Teknik Wawancara

. Jakarta: Bina Aksara.

Chaer, Abdul. 1988.

Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia

. Ende: Nusa Indah

______ . 1988.

Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia

. Jakarta: Rineka Cipta

Dawud,dkk.

Bahasa dan Sastra Indonesia

. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

. Jakarta:

Balai Pustaka.

_______ . 2003.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Kesenian Jakarta. 1976.

Penyair Muda di Depan Forum.

Jakarta: Dewan Kesenian

Jakarta

Dirjen Pend Dasar Menengah/Dep Pend dan K. 1997

. Jendela Iptek Teknologi

. Jakarta:

Balai Pustaka.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002.

Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Grasindo.

Eneste, Pamusuk. 2001.

Buku Pintar Sastra Indonesia

. Jakarta: Kompas.

Finoza, Lamuddin. 1997.

Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis Indonesia

. Jakarta:

Penerbit Mawar Gempita.

Hasan, Alwi dkk. 1999.

Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia

. Jakarta: Balai Pustaka.

Hendy, Zaidan. 1993.

Kesusastraan Indonesia 2.

Bandung: Angkasa

Ismail, Taufik, dkk (penyunting). 2001.

Horison Sastra Indonesia

. Jakarta: The Ford

Foundation.

166

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Keraf, Gorys. 1980.

Komposisi

. Ende-Flores: Nusa Indah.

______ . 1982.

Eksposisi dan Deskripsi.

Ende-Flores: Nusa Indah.

______ . 1987.

Tata Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Ende-Flores:

Nusa Indah.

______ . 1991.

Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia.

Jakarta: Mawar Gempita.

Martadiatmadja, B.S. 1990.

Teknik Memimpin Rapat

. Yogyakarta: Kanisius.

Muljana, Abdul. 1987.

Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara

. Jakarta: Balai Pustaka.

Navis, A.A. 1986.

Robohnya Surau Kami

. Jakarta: Gramedia.

Nurudin. 2003.

Sukses Meresensi Buku di Media Massa

. Malang: Penerbit Cespur.

Pane, Sanusi. 1987.

Bunga Rampai dari Hikayat Lama

. Jakarta: Balai Pustaka.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1987.

Pengkajian Puisi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

_______ . 1995.

Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya

. Yogya-karta:

Pustaka Pelajar.

Rahmanto, B. 1988.

Metode Pengajaran Sastra.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rendra,WS. 1980.

Potret Pembangunan Dalam Puisi.

Jakarta: Lembaga Studi

Pembangunan.

Rumadi, A.. 1986.

Kumpulan Drama Remaja

. Jakarta: Gramedia.

Situmorang, B.P. 1980.

Puisi dan Metodologi Pengajarannya.

Ende-Flores: Nusa Indah.

_______ . 1983.

Puisi Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur.

Flores: Nusa Indah.

Sudjiman, Panuti. 1991.

Memahami Cerita Rekaan

. Jakarta: Pustaka Jaya

Sumardjo, Jakob. 1986.

Apresiasi Kesusastraan.

Jakarta: PT Gramedia

Suroto. 1993.

Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA

. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suryani, Luh Ketut.

Atasi Masalah dengan Kemampuan spiritual Anda

. Jakarta: PT Intisari

Mediatama.

Syamsudin, AR. dkk.

Komposisi Berbahasa dan Sastra Indonesia

. Solo: Tiga Serangkai.

Tanpa Nama Penulis. 2006.

Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI.

Yogyakarta:

Penerbit Media Pressindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1985.

Pengajaran Semantik.

Bandung: Penerbit Angkasa.

Tim Penyusun. 2005.

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas 2.

Jakarta: PT

Galaxy Puspa Mega.

Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988.

Sastra Indonesia (Pengantar Teori dan Apresiasi).

Flores: Nusa Indah.

Toer, Pramoedya Ananta. 2001.

Drama Mangir.

Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Waluyo, Herman J. 2002.

Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa.

Jakarta: PT

Gramedia Pustaka utama.

167

A

adegan 131, 134, 141, 145, 146

alur 117, 118, 119, 126, 128, 129, 130, 131,

132, 146

aposisi 114, 115

artikel 39, 40, 41, 42, 50, 52

autobiografi 88, 94

B

bibliografi 29, 36

biografi 83, 88, 89, 95, 96

C

catatan Kaki 23, 26, 29, 30, 32, 36, 38

ceramah 55, 56, 58

cerita berbingkai 11, 21

cerita narasi 131, 145

cerita panji 11, 21

cerpen 117, 118, 119, 120, 121, 126, 127, 128,

129, 130

D

daftar pustaka 23, 27, 26, 28, 29, 30, 31, 32,

36, 37

denotasi 19, 21

dialog 61, 62, 64, 80, 81, 131, 132, 133, 134,

137, 145, 146

disertasi 26, 28, 35

diskusi 107, 110, 111, 112, 115, 116, 155,

156, 158, 160

dongeng 11, 21

dongeng istana 148, 158

drama 61, 62, 63, 64, 65, 67, 78, 79, 80, 81, 82,

131, 132, 133, 134, 136, 137, 138, 143, 144,

145, 146

E

editor 97, 104

editorial 97, 99, 104, 106

eksosentris 113, 115, 116

endosentris 112, 113, 115

episode 132, 138, 146

epos 11, 21

F

fabel 11, 21

force 132, 146

frasa 112, 113, 114, 115, 116

frasa Adjektival 113

frasa bertingkat 114

frasa bertingkat 115

frasa Nominal 113

frasa Nominal 114

frasa nominal 115

frasa Preposisional 113

frasa Verbal 113

G

gagasan pendukung 1, 8

gagasan utama 2

gagasan utama 1, 2, 3, 4, 8

H

hasil penelitian 97, 100, 102, 103, 104, 106

hikayat 11, 12, 13, 14, 15, 21, 22, 147, 148, 151,

154, 155, 158, 159, 160

hipotesis 108

I

idiom 11, 19, 20, 21

intonasi 1, 5, 6, 8

K

kalimat efektif 111, 115

karakter tokoh 67

karangan argumentatif 50

karangan eksposisi 40, 50

karangan ilmiah 26, 27, 28, 35, 36

kata baku 56, 58

komedi 132, 138, 146

konflik 61, 62, 63, 65, 79, 80, 81, 82

kostum 64, 65, 78, 79, 80, 81

kutipan 29, 32, 36, 37

L

lafal 1, 5, 6, 8

laporan penelitian 26, 35

latar 117, 119, 126, 127, 130

latar/setting 64, 80

legenda 11, 21

IndexIndex

IndexIndex

Index

168

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

M

majalah 97, 104

makalah 26, 28, 35

melodrama 132, 146

meterai 58

mimik 5, 8

mite 11, 21

moderator 111, 112

N

nilai Keagamaan 117, 120, 121, 126, 127, 130

nilai Moral 117, 120, 121, 126, 127,

129, 130

notulen 111, 112, 115, 116, 147, 155, 156,

157, 158

novel 147, 150, 151, 154, 155, 158, 159, 160

novel Indonesia 39, 43, 49, 50, 52

P

parabel 11, 21

paragraf 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10

paragraf deduktif 1, 3, 4, 8, 10

paragraf induktif 1, 3, 4, 8, 10

penelitian 97, 100, 101, 102, 103, 104, 106, 107,

108, 109, 111, 114, 115, 116

penelitian deskriptif 107, 108, 115

penelitian eksperimental 108, 114

penokohan 117, 119, 127, 128, 129, 130

peristiwa 62, 64, 80

pias 26, 35

pimpinan surat kabar 104, 106

plot/alur 64, 80, 134, 138, 146

premis 107, 114

presentasi 104, 106

proposal 23, 24, 25, 35, 36, 37, 38

prosa baru 151, 158

prosa lama 151, 158

R

rangkuman 112, 115

regresi 84, 85, 94

reproduksi 91, 94

resensi 11, 16, 17, 18, 19, 21, 22

S

sage 11, 21

sambutan 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60

satire 132, 146

skenario 132, 138, 146

skimming 83, 94

skripsi 26, 28, 35

surat kabar 97, 104, 106

surat kuasa 53, 57, 58, 60

T

tajuk rencana 97, 99, 104, 105, 106

tambo 11, 21

tesis 26, 35

tokoh 1, 62, 63, 64, 65, 67, 78, 79, 80, 81, 82,

131, 132, 133, 134, 137, 138, 144, 145, 146

tragedi 132, 146

U

unsur ekstrinsik 44, 45, 49, 50, 117, 127

unsur intrinsik 39, 44, 49, 50, 117

W

watak 61, 62, 63, 64, 78, 80, 82

wawancara 23, 28, 33, 34, 35, 36, 37, 38